penulis
Fachrul Choliluddin

Karir Sebagai Software Tester Quality Assurance / Itu Keren Banget!

Hai teman-teman! 👋😊

Kali ini kita bakal ngobrol tentang profesi yang mungkin belum terlalu familiar di telinga kamu, yaitu Software Tester (dikenal juga dengan nama Software Quality Assurance). Nah dikesempatan kali ini, saya akan bahas sekilas pandang soal Software Tester, kenapa sih kamu harus mempertimbangkan untuk berkarir di bidang ini, dan apakah kamu cocok untuk menjadi Software Tester 

Pertama, mari kita akui bahwa Software Testing itu seperti kurang mendapat sorotan. Kenapa? Karena banyak orang lebih kenal dan tertarik untuk jadi Software Developer (programmer) daripada Software Tester. Salah satu sebabnya karena profesi ini kayaknya kurang mendapat pembahasan.

Di kampus pun jarang ada pembahasan soal testing, Jadinya hampir tidak pernah saya dengar teman seprofesi saya di kantor yang sudah memiliki cita-cita menjadi "tukang ngetest" aplikasi, hampir semua bilang "kecelakaan" menjadi software tester, karena memang dulunya tidak dikenal sama sekali, saya sendiri malah dulu mikirnya role Quality Assurance itu ada hubungannya dengan menawarkan asuransi premium ahaha 🤣  
Tapi, jangan salah, Software tester/QA sebagai pilihan karir yang bagus. Kenapa begitu? Oke mari saya tunjukan kenapa menjadi seorang software tester itu sangat menarik! 🤩


Apa itu software tester/software quality assurance secara sederhana?

Menjadi Software Tester itu unik, sejujurnya kamu tidak perlu menjadi orang yang jago koding banget, karena menurut saya, profesi ini adalah perpaduan antara seni dan sains. Saya memiliki pengalaman 10 tahun lebih, saya melihat dan meyakini kemampuan utama yang harus dimiliki justru lebih ke sisi humanis, psikologis, dan rasa penasaran yang tinggi daripada kepandaian berkomunikasi dengan komputer melalui koding.
Mulai dari kamu ditantang untuk berpikir dari berbagai sudut pandang, sebagaimana persona penguna aplikasi nantinya, juga melakukan analisa fitur baru dan mencari celah ataupun dampak buruk yang mungkin terjadi, sekaligus paham bagaimana cara kerja software dibelakang layar, biar nanti bisa melakukan investigasi dalam membedah bugs.

Alasan-alasan nyata kenapa software tester/software QA adalah pilihan karir yang keren

Semua berlomba menjadi digital

Jaman now, semua kebutuhan kita sudah mulai tersedia dalam genggaman, dari mencari berita, beli makanan, transfer uang, kursus dan lain-lain sudah serba online, ini karena imbas dengan banyaknya perusahaan startup yang berdiri. Akan selalu ada pilihan untuk layanan online yang bisa kita gunakan, tetapi selalu yang terbaiklah yang akan bertahan. Nah bagaimana layanan itu mencapai yang terbaik? Jawabanya adalah dengan selalu memberikan layanan berkualitas bagi pengguna. Disinilah alasan kenapa lowongan sebagai tester/QA selau ada.

 
sumber gambar: http://fintechnews.sg/4814/indonesia/new-fintech-report-highlights-indonesias-untapped-opportunity/

Gaji nya bagus

Banyak mitos yang beredar, kalo karir sebagai tester/QA itu bayarannya lebih sedikit daripada menjadi developer, tapi percayalah ini tidak benar. Karena besar/kecilnya pendapatan itu banyak variable lainya yang menentukan, contoh variable nya adalah perusahaan tempat bekerja, gaji QA di startup unicorn bisa jadi lebih besar daripada gaji seorang manajer di perusahaan baru.  

Umumnya, sebagai fresh graduate/karir pertama, tentu profesi sebagai tester atau developer memiliki standar gaji yang sama, seiring berjalan waktu, semakin bertambah kemampuan kamu, maka pendapatan yang kamu terima pun semakin besar, karena perusahaan pun akan melihat kemampuan kamu sebagai aset masa depan. Apalagi kalau kamu tak tergantikan dalam tim, kamu bisa jadi lebih cepat naik gajinya ahaha

techinasia job, diakses 7-des-2018 19.00

Hasil Survey ISQA 2023 terkait pendapatan teman-teman di QA, ternyata pengalaman dibawah 2 tahun bisa mendapatkan gaji di antara 16-20 juta loh untuk di Indonesia 🤩, apalagi luar negeri loh ahaha

Survey ISQA 2023

 

Relatif lebih mudah bagi kamu untuk menjadi tester/SQA

Coba lihat deh lowongan yang banyak beredar, apakah kriteria menjadi seorang software tester/SQA? Biasanya bahkan bisa aja menerima dari jurusan TI loh, karena dari segi tester pun ada yang menjadi manual tester ataupun automation tester. Kalau manual tester umumnya kemampuan menganalisa masalah yang menjadi kebutuhan besar, kalau automation tester kamu harus senang dengan koding, tapi koding yang ada di tester ga terlalu komplex seperti developer sih menurut saya. Relatif :P

Perpindahan dari developer ke testing jauh lebih mudah

Pernah ngerasa bosen ngelihat kode terus? Pindah jadi tester juga seru loh! Karena kamu akan mulai berfikir lebih ekploratif, deduktif, sebab-akibat seperti layaknya detektif partikelir sedang menganalisa kasus hilang nya data transaksi akibat bug yang berkeliaran :D

Apalagi jika dengan latar sebagai developer kamu akan memiliki keuntungan karena tahu betul bagaimana aplikasi dibuat, sehingga bisa memverifikasi aplikasi sudah dibangun dengan benar. Belum lagi kamu akan lebih mudah mempelajari automation tools macam selenium, karena sudah memahami cara kerja kode.

Tidak pusing dengan tools

Jika kamu developer tentu familiar dengan banyaknya library dan framework yang ada diluar sana, apalagi jika kamu adalah javascript developer, sepertinya setiap hari selalu saja ada library/framework yang lahir dan banyak dibicarakan komunitas. Tapi tren seperti itu relatif tidak terjadi di dunia testing.

Metode pengujian jarang berubah, lalu kalau di sisi automation tools/libarary pun cenderung tidak cepat berganti, seperti Appium/Selenium walaupun versinya terus meningkat, tetapi masi dijaga backward compatibilitynya, dan komunitas yang aktif dalam memaintain itu semua.

Photo by Markus Spiske on Unsplash

Si Detektif

Nah, bagian 'seninya' lainnya adalah bagaimana kamu bisa perpacu dengan waktu menemukan bugs/masalah dengan cara menguji aplikasi, lalu melakukan investigasi mencari penyebab masalah tersebut.

Saya selalu melihat ini layaknya seorang detektif, ketika kamu menemukan sebuah perkara bugs, penting banget buat kamu untuk mendokumentasikan bukti-bukti (screenshot/video) lalu mulai menggali penyebab kenapa permasalahan ini bisa terjadi, mulai dari memastikan permasalahannya benar-benar terjadi, lalu melakukan delik aduan ke programmer dengan asas praduga bersalah, sehingga kita perlu membaca kodingan mereka, apakah logika pemrograman sudah benar, database nya menyimpan data dengan benar, bahkan terkadang saya harus menulusuri ke commit history code untuk mengetahui penyebab dan solusi yang paling cocok untuk bug yang ditemukan

Oiaa plus, seni komunikasi juga penting banget, karena kamu juga harus harus menyampaikan info temuan bugs ini kepada developer dengan cara yang nggak bikin mereka tersinggung, atau menyampaikan ke stakeholder lain bahwa temuan bugs di ujung sprint bisa menyebabkan waktu rilis yang tertunda
Yakin deh, ini butuh skill komunikasi yang oke punya ketika menyampaikan berita buruk (bugs) ini!

Mengembangkan sayap

Ketika kamu telah memiliki kemampuan yang mumpuni di dunia testing atau SQA, menurut saya sangat mudah ketika memutuskan untuk menjalani karir sebagai business analyst, product owner, scrum master bahkan devops. Karena secara umum kamu sudah :

  • Menguasai seluk beluk aplikasi, dari segi bisnis, koding, dan user
  • Kemeampuan komunikasi yang baik
  • Lancar dalam menyampaikan gagasan yang mudah dimengerti oleh developer, product owner, dan stake holder
Jenjang karir (Tegar, sumber: http://www.isqa.club/?p=280)

Tak ada gading yang tak retak

Tentu menjadi Software Tester (QA) tidak segampang yang disampaikan oleh saya di atas, prakteknya mungkin ada banyak kendala apalagi setiap perusahaan terkadang memiliki jobdesk yang melebar untuk seorang Quality Assurance/Software tester, jadi kamu harus baca dengan seksama jobdesk di iklan lowongan kerja, atau menanyakan secara langsung pada tahap proses interview terkait dengan jenis pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh seorang QA disana

Dan secara pekerjaan sehari-hari seorang software tester pun harus pintar mengelola waktu kerja secara mandiri, karena saya sering menemukan ada banyak tugas dadakan yang harus dikerjakan dari berbagai pihak, lalu kemudian seorang QA haruslah orang yang senang belajar dan punya rasa ingin tahu yang tinggi, karena kamu akan banyak terekspose dengan software developer, product designer, product owner bahkan dengan partner, sehingga untuk bisa lancar berkomunikasi dengan mereka, kamu paling tidak mengerti bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka, jadi harus paham juga apa yang mereka kerjakan (secara garis besarnya saja cukup)


Gimana, udah berfikir mungkin berkarir sebagai Software Tester adalah pilihan yang pas buat kalian. Siapa tahu, bekerja di balik layar, kamu bisa jadi pahlawan bagi user yang menikmati aplikasi tanpa bug yang mengganggu!

 

Pembaruan:

  • 18 Feb 2019: Sunting kata dan tambah ilustrasi
  • 6 Nov 2023: Pembaruan keseluruhan, penambahan hasil survey ISQA 2023

This article was updated on 6 Nov 2023

false
Fachrul Choliluddin

Seorang Software Tester yang memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun dalam peneliti kualitas perangkat lunak. Aktif berbagi pengetahuan dalam Software Quality Development Engineer in Test, Agile Testing, atau belajar membuat automation test dengan Selenium, Appium, API test dan bahasa pemrograman Python

Comments