Oh Ternyata Saya Condong ke Auditory Learning
Awal mulanya saya percaya saya adalah seorang tipe visual learning, dimana saya akan cepat paham ketika memproses informasi secara visual melalui gambar, charts, diagram, peta, bahkan saya rutin menuangkan ide dalam bentuk mind mapping, namun akhir-akhir ini saya menyadari adanya proses pergeseran tipe membelajar menjadi auditory learning, dimana saya lebih senang dan cepat paham ketika mencerna informasi melalui media audio/suara.
Pembelajar auditory memiliki kemampuan untuk menyimak informasi dengan mudah dalam bentuk suara, kita mampu memahami emosi melalui intonasi, serta senang dengan hiruk-pikuk suara. Kurang lebih ada beberapa tanda dari audio learning menurut saya:
- Mudah ingat pecakapan yang terjadi tempo dulu, masih ingat bit/jokes standup yang sudah lama ditonton
- Lebih paham dengan membaca tulisan dengan lantang
- Ketika di kelas, walaupun jarang mencatat tetapi saat ulangan masih bisa menjawab karena menyimak apa yang disampaikan guru
Saya baru paham akhir-akhir ini bahwa saya adalah seorang auditory learner, setelah merenungi ciri-ciri auditory learner lebih cocok dengan saya seperti point-point di atas, walaupun saya tidak setuju dengan pengkotakan label ini (selain auditory learning, ada pula visual learning, dan kinetik learning) karena setiap orang bisa jadi memiliki irisan antar tipe (hybrid).
Saya cenderung lebih paham ketika belajar di suasana ramai, kalaupun di rumah, saya akan menyalakan TV sebagai background/white noise sembari menemani saya belajar karena ini akan membantu saya menjaga fokus dengan baik ketimbang sunyi senyap.
Manfaat lain dari mengetahui tipe mana yang paling cocok dengan kita adalah potensi untuk memaksimalkan gaya belajar kita, apakah audio, visual ataupun kenetik, Mungkin saya bisa berbagi tips yang saya gunakan selama ini untuk belajar, diantaranya:
Bacalah dengan lantang
Informasi yang ingin dipahami, karena kita perlu melibatkan indra pendengaran agar bisa lebih meresapi maknanya.
Saat menghapal nomer telepon ataupun OTP code, saya akan membaca dengan lantang dan mengingat ucapan saya sendiri ahaha.
White noise
Saya termasuk orang yang sulit fokus ketika bekerja/belajar jika sambil mendengarkan lagu atau percakapan/podcast, saya lebih memilih memutar suara alam, bunyi jam, ataupun menyalakan tivi dengan volume rendah, tapi tak pula menyukai suasana yang sunyi senyap macam menggunakan headset active noise cancelling. Saya akan membuka spotify dan mencari "natural sound", suara yang saya suka adalah suara hujan dan angin.
Bercakap
Yup, sering kali saya menemukan "Aha! momen", ide brilian ketika sedang ngobrol ataupun saat mengajari orang lain, entah kenapa saat mengemukakan mendapat itulah saya bisa mendapatkan ide-ide segar dalam fikiran, saya menduga penyebabnya karena aktivitas berbicara inilah, besar kemungkinan karena dengan berbicara kita pun melibatkan sensor pendengaran kita.
Belajar melalui suara
Sejak 2017 saya aktif mendengarkan podcast sembari berkendara menuju kantor dan mendengar audiobook saat perjalanan pulangnya, perjalanan Bekasi Barat ke Sudirman menghabiskan lebih dari 2 jam perjalanan pulang-pergi, sehingga dengan mendengarkan podcast, audiobook ataupun ceramah sangat cocok untuk menemani dan menghibur kita dikala macet tak terhindarkan.
Ada satu kekuatan utama dari belajar melalui suara ini yang menurut saya tidak bisa ditandingi oleh medium visual, yaitu kita tidak dituntut penuh perhatian dalam menyimak seperti halnya belajar dari membaca ataupun menonton video pada youtube, yang umumnya akan memaksa kita secara aktif memperhatikan apa yang disampaikan melalui visualnya.
Dengan audio, kita bisa sembari mengerjakan hal lain sekaligus, misalkan kita mendengarkan podcast secara pasif, sembari mencuci piring, berolahraga, ataupun mengemudi (dengan tetap aktif waspada pada berkendara ya, bisa menggunakan hanya satu sisi headset saja, agar suara klakson masi terdengar)
Podcast
Saya senang sekali medium podcast kini mulai marak, ada banyak siniar yang bisa kita pilih di berbagai platform aplikasi podcast, seperti Spotify, google podcast ataupun aplikasi karya anak bangsa yaitu Noise.
Ada banyak sekali pilihan podcast yang bisa didengarkan dengan berbagai genre, ada podcast komedi, ada talkshow, ada drama suara macam di radio dulu
Kita hanya perlu memilih dan berlangganan podcast mana yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan kita (bermanfaat/menghibur)
Audiobook
Audible adalah platform audiobook dari amazon untuk buku-buku berbahasa Inggris, sangat sulit ditemui platform yang menyediakan konten audiobook berbahasa indonesia, bahkan saya menggunakan audio sintetis yang ada pada google book, tapi sayangnya hanya support bahasa inggris disini, jadi aneh jika harus membaca buku berbahasa Indonesia, suara mesin TTS ini persis seperti bule membaca text Indo, akhirnya saya membeli aplikasi Moon+ Reader Pro yang support text to speech menggunakan bahasa Indonesia, seperti ini:
Yang lebih dari sekedar podcast/audiobook
Lalu saya berkenalan dengan Inspigo, sebuah platform audio content yang penuh inspirasi, saya bisa belajar berbagai macam topik dari narasumber berkualitas, dibawakan dengan luar biasa oleh host nya yang memiliki gaya bicara luwes dan kualitas pertanyaan yang bagus sehingga bisa "memeras habis" ilmu dari narasumber.
Ada beberapa point utama kenapa Inspigo lebih keren dari konten podcast:
- Narasumber yang terpilih dan ahli di bidangnya
- Kualitas Audio sangat istimewa. Suara narasumber dan host terdengar jelas
- Host inspigo yang sangat ahli dalam wawancara, kualitas pertanyaan yang diajukan, serta kepiawaian host dalam membuat flow yang baik, sehingga kita akan terus aktif menyimak alur diskusi
- Potongan episode yang singkat memberikan fleksibilitas dalam mendengarkan, saya seringkali mencari episode dibawah 10 menit, untuk didengarkan sembari perjalanan jalan kaki dari parkiran, menunggu lift sampai tiba di meja kerja
- Keberkahan waktu, dengan mendengar konten inspiratif dari inspigo, otomatis kita akan mendengarkan hal yang bermanfaat ketimbang mendengar lagu yang gitu-gitu aja
Freemium
Inspigo bisa di download secara gratis di appstore ataupun playstore dan kamu juga bisa mencoba langsung berbagai konten bermutu disana, namun untuk menikmati keseluruhan episode biasanya hanya bisa diakses oleh member yang sudah berlangganan, sangat murah kok biayanya, kurang lebih Rp1.000 per hari, perbedaan selengkapnya seperti ini:
Berlangganan | Gratis |
Bisa akses konten penuh Inspirasi | Bisa akses konten penuh Inspirasi |
Akses penuh ke semua episode disemua konten | Akses beberapa episode disetiap konten |
Bisa download dan didengar offline | Tidak bisa download |
Bisa pilih size audio, pilih hemat quota atau high resulution | Default audio quality |
Rp85.000/3 bulan atau kalau dihitung kurang dari 1.000/hari Atau ikutin berbagai misi untuk dapet bonus premium | Ga pake bayar, tapi mending subscribe deh semurah itu kok |
Cara berlanggannya kita bisa beli kode voucher berlangganan di Tokopedia ataupun shopee, seperti ini cara membeli kode voucher via tokopedia:
Setelah pembayaran komplit, kita harusnya akan mendapatkan kode voucher unik dari tokopedia, lalu cara redeem vouchernya di aplikasi Inspigo seperti ini:
bahkan mau gratisan jadi premium member juga bisa loh, ada challenge yang bisa kita ikut partisipasi untuk mendapatkan imbalan akses premium, atau share id referal ke orang lain, seperti ini:
Jadi, jika kalian belum mendaftar Inspigo bisa menggunakan id referal Inspigo: hnd4y saya ini ya, saya sangat berterima kasih karena dengan anda mendaftar dengan ID referal ini, saya akan mendapatkan 2 minggu extra langganan premium member.
Interaksi
Saya mengklaim sendiri termasuk ke dalam pendengar setia inspigo sedari awal, sekitar pertengahan 2018 saya sudah berlangganan dan senang sekali jika melihat UI/UX aplikasi inspigo sekarang sangat manis dan enak digunakan.
Ada beberapa interaksi dengan tim Inspigo via Instagram, dan mereka sangat mendengar aspirasi dari pengguna loh,
Beberapa feedback dari 2018 dulu:
Comments